Wednesday, September 30, 2009

How to getting on The Net-Generation Culture

A new youth culture, one that involves more than just the pop culture of music, MTV and the movies, is emerging out of N-Gen’s use of interactive media. It also involves the experience of being part of the largest generation in the world. We should pay attention to this culture which will very soon create the workplace and the society of tomorrow

1. Strong Independence
The typical N-Gener has a strong sense of independence & autonomy. N-Gen’s unprecedented access to information also gives them the power to acquire the knowledge necessary to confront information they feel may not be correct.
2. Emotional and Intellectual Openness
When N-Geners go online they expose themselves. They will maintain online journals and post their innermost thoughts on a Web page or in a chat room. A strong online example of N-Geners’ openness is The Diary Project where young people around the world contribute their thoughts, feelings, experiences and aspirations.
3. Inclusion
N-Geners are moving toward greater social inclusion with technology, not exclusion. Their creative processes show a move toward global orientation in all of their activities. Check out a virtual community of about 30,000 N-Geners at Freezone.
4. Free Expression and Strong Views
Being exposed to a lot of information on the Internet is to their benefit, insists N-Gen, and is a key element of the Internet’s appeal and usefulness. This issue is discussed in The Generation Lap.
5. Innovation
N-Geners live and breathe innovation, constantly looking for ways to do things better. These expectations of constant change and the ability to build or construct experiences have implications in our discussion of N-Gen Thinking and the education of N-Gen in N-Gen Learning.
6. Preoccupation with Maturity
The changing nature of childhood makes itself most obvious when N-Geners are contrasted with the baby boomers who, as a generation, have spent their lives obsessed with being youthful. N-Geners insist that they are more mature than adults expect.
7. Investigations
When it comes to technology, N-Gen’s initial focus is not how it works but how to work it. It is important for children to understand the assumptions inherent in software and to feel empowered to change those assumptions.

When the Internet first became popular, one of the joys of surfing was never knowing what site you could end up at next. Search engines like Yahooligans have contributed to ending that level of mystery and uncertainty.

1. Immediacy Interactivity and the speed of the Net have greatly increased the process of communicating. What used to take days or weeks, now takes seconds.
2. Sensitivity to Corporate InterestN-Geners feel that much of the broadcasting material they see on television is there to satisfy corporate agendas. However, on the Internet there has been such a flurry of creation involving so many people working in home-grown cottage industries, that there is even more intense sensitivity to corporate interest.
3. Authentication and TrustBecause of the anonymity, accessibility, diversity, and ubiquity of the Net, children must continually authenticate what they see or hear. Many sites provide inaccurate, invalid and even deceptive information. Pranksters spread false rumours. Who can the child trust? What sources of information are valid? Authentication of everything is required to establish trust.
The proliferation of Internet hoaxes spread via e-mail has often been used to emphasize the inherent weakness of the Net. Don’t Spread That Hoax! is one site that gives credence to that question.

Source :

Title: Growing Up Digital: The Rise of the Net Generation
Author Don Tapscott
Publisher: McGraw-Hill, New York
ISBN: 0-07-063361-4

Peringatan awal positioning bisnis anda harus di rubah

1. Munculnya industri baru

2. Pesaing baru mulai bermunculan

3. Perubahan positioning pesaing utama

4. Kebangkitan pelanggan baru ( perubahan selera konsumen )

5. Tekhnologi baru, yg bisa merubah landsekap bisnis anda

6. Berkurangnya market share pada produk utama anda

7. Munculnya model bisnis dan manajemen baru

8. Margin laba semakin tertekan

9. Merosotnya cash flow

10. Merosotnya kepuasan pelanggan

11. Pelanggan mulai pindah ke produk lain

* by Ram Charan : Know How

Wawancara

ni salah satu cuplikan tulisan wawancara dengan sebuah majalah, yang sayang kalau terlewatkan :

1. Bisa diceritakan awal Mas Try melibatkan diri untuk terjun ke bisnis ritel dan memilih jalur wirausaha?
Jawab : Pada awalnya memang tidak berpikir jauh untuk terjun dan menekuni bisnis ini, saya terpikir untuk mulai bisnis ini karena dari pengamatan dan sedikit survey kecil2an di industri ritel fashion ini. Kenapa memilih berwirausaha ? karena jalur ini yang relative paling mudah untuk mulai, hanya diperlukan keberanian, sedikit feeling dan yang lain bisa learning by doing J

2. Apa strategi awal dan tahap-tahapan apa saja yang dilalui di dalam memulai start-up bisnis?

Jawab : Bisnis distro adalah bagian dari bisnis retail fashion pada umumnya, karena berkonsep independent store, mau tidak mau saya harus mencari dan memilih lokasi tempat/toko yang tepat. Target market distro adalah anak-anak ABG dan sebagian anak-anak kuliahan. Oleh karena itu dalam hal memilih lokasi store pun saya selalu mencari tempat yg memang banyak anak2 muda, bisa di jalan akses perumahan, akses ke mall ataupun tempat2 hangout favorit anak-anak muda.

Selain itu, strategi khusus untuk bisnis distro terletak pada bagaimana kita mengkonsep/layout toko, memilih jenis barang , membangun model promosi, serta membaca trend mode fashion.

3. Bagaimana gambaran bisnis Anda saat ini mulai dari omset dan cabang bisnis jika ada? Apa target bisnis Anda hingga akhir tahun ini dan apa saja yang akan disiapkan sebagai plan 2010?

Jawab : Bisnis distro pada saat ini telah menjadi semacam “gaya hidup” tersendiri. Konsumen type ini, adalah konsumen yang sangat loyal dengan trend atau mode, apalagi dalam komunitas mereka, apabila salah satu dari mereka mengenakan Tshirt atau tas terbaru, niscaya kemudian teman2 mereka yang lain akan mencari produk tersebut.

Dan terbukti industri ini sedikit lebih tahan banting di saat pasar garment kita di serbu oleh produk impor dari China yang jelas menawarkan harga yang sangat murah, akan tetapi dengan keunikan konsep, design dan cara jualan seperti ini kita mampu bertahan, bahkan semakin tumbuh.

Dari segi omzet penjualan, alhamdulillah masih stabil sesuai dengan session2 pada umumnya, dan saya sendiri pada saat ini mengoperasikan 6 (enam) outlet distro di wilayah Tangerang dan sekitarnya.

Target khusus tahun 2010, adalah mengembangkan brand saya “RAXZEL” agar semakin di kenal di industri ini, baik dari segi kualitas dan distribusinya.
4. Dari sisi SDM, industri kreatif memerlukan SDM yang unik, bisa diceritakan bagaimana Anda mengisi posisi ini mulai dari rekruitmen, pengembangan dan cara untuk mempertahankannya?

Jawab : Memang industri ini tidak terlepas dari pertemanan, serta komunitas. Dalam hal rekruitmen pada posisi2 tertentu seperti designer, creative, memang kita agak selektif dalam rekrut posisi ini, karena terkait dengan selera/taste dari konsep brand/produk kita.

Tetapi untuk posisi2 lain seperti store manager, staff toko kita merekrut sdm2 yang lebih dekat dengan target konsumen.

Untuk pengembangan dan mempertahankan mereka, secara regular kita selalu berdiskusi, studi banding dan memberikan informasi2 terupdate tentang industri ini, selain dengan pola reward dan membangun ikatan personal.

5. SDM kreatif ini seberapa pentingkah bagi bisnis Anda dan seberapa besar perannya di dalam mendesain dan membuat produk-produk baru dibanding dengan peran Anda sebagai owner? Seberapa besar intervensi yang Anda lakukan dan seberapa besar wewenang yang Anda delegasikan kepada SDM kreatif ini?

Jawab : Untuk posisi designer dan creative dept, memang sangat besar perannya dalam industri ini, karena dari merekalah muncul ide, design dan konsep2 baru, akan tetapi saya sebagai owner memang masih banyak terlibat dalam menentukan tema, session edition dan finishing produk, agar tidak keluar dari karakter brand yang kita kembangkan.

6. Seberapa sering Anda membuat produk dan bagaimana pembagiannya dalam perencanaan bisnis selama setahun, misalnya apakah ada tema-tema dalam setahun yang bisa dibagi dalam rentang waktu tiap semester atau kuartal, atau Anda tidak menggunakan pola-pola tersebut alias ngalir aja dan tergantung mood? Bisa dishare cara Anda menyiasatinya?

Jawab : Perencanaan produk kita relative lebih pendek , karena memang siklus dari industri ini berkonsep “limited” produk. Dalam satu design kita hanya memproduksi maksimal 60 pcs, makanya kita harus selalu terus-menerus mengupdate tren2 terbaru, dengan banyak bergaul,surfing internet dll.

7. Bagaimana Anda memandang persaingan di industri kreatif ini dan apa strategi jitu yang Anda pilih untuk bisa tetap eksis dan berbalik menang dalam persaingan?

Jawab : Persaingan dalam industri ini memang semakin seru, dengan makin menjamurnya distro/clothing2 baru dengan mengusung konsep dan keunikan design masing2. Akan tetapi saya optimis, bahwa industri ini masih akan tetap eksis di tahun2 mendatang, kunci sukses industri ini adalah terletak pada konsep design, kualitas dan kepekaan kita menangkap dan trend/mode juga membangun promosi, endorsement dan ketersediaan produk di masing2 titik distribusi.